Minggu, 12 Maret 2017
Sabtu, 07 Mei 2016
PANDANGAN RENE DESCARTES AKAN ALLAH
Apabila kita
boleh mempercayai banyak filsuf dan sastrawan modern, zaman kita sekarang
ditandai dengan keadaan terancam, terasing, jenuh dan tanpa arti. Banyak
tulisan modern syarat dengan perasaan absurditas, kebosanan, kemuakan dan
sebagainya. Bagaimana timbulnya semua perasaan muram ini? Jelaslah antara lain
karena dua kali terjadi perang dunia yang disertai badai kekerasan, kebencian,
serta ketidakmanusiawian dan mengakibatkan korban berjuta-juta, tambah lagi
semua pengungsi dan orang yang kehilangan tempat tinggal. Sesudah perang dunia,
menyusul lagi perang dingin yang menjadi pangkal perlombaan senjata yang
memfrustrasikan dunia sampai sekarang.
Dari Cara Belajar Yang Diwarnai Kekerasan Menuju Cara Belajar Yang Membebaskan
1. Pengajaran sebagai proses yang diwarnai
kekerasan
Pengajaran
dengan proses kekerasan yang dimaksud yaitu dimana orang memandang dunianya
sebagai wilayah baru yang harus ditaklukan. Untuk dapat ditaklukan harus
membuat keadaan dapat dikuasai, inilah yang membuat kebanyakan guru dan murid
sibuk, dan seorang guru dianggap berhasil sering kali adalah yang dapat meyakinkan
orang bahwa dia mempunyai alat-alat yang perlu untuk menjinakan singa ganas
yang akan dihadapai kalau dia meninggalkan bangku pendidikan.
Rabu, 06 April 2016
Teologi Pembebasan: (Kontekstualisasi Ajaran dan Nilai Keagamaan dalam Konteks Sosial Masyarakat)
Term agama merupakan suatu istilah yang tidak lazim
di dengar dan bahkan mungkin dianut oleh semua orang. Dalam mendefenisikan kata
agama, Durkheim berpendapat bahwa agama merupakan satu sistem yang menyatu
mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda
yang terpisah dan terlarang yang oleh karenanya semua orang yang percaya
dipersatukan dalam suatu komunitas moral. Dalam hal ini ciri kolektif atau
sosial dari dari suatu agama itu sangat ditekankan sehingga agama dapat
dipahami hanya di dalam suatu konteks kehidupan bermasyarakat[1].
Selasa, 25 Maret 2014
Rabu, 07 Agustus 2013
Etnografi suku Yah'ray
Suku Yah’ray merupakan salah satu
suku di Papua Selatan yang berada di antara Kabupaten Asmat dan kabupaten Mapi. Di sebelah
utara wilayah kediaman orang Marind-anim mengalirlah Sungai Digul yang besar
dan menurun dari daerah pegunungan. Melalui daerah pegunungan ini (barangkali
daerah Sepik) datanglah dahulu kala suatu suku bangsa yang melayari Sungai
Kao, yang kemudian bermuara ke Sungai Digul dan turun sampai
bermuara di laut. Ketika ternyata dengan perahu-batang-pohon mereka tidak bisa
pergi lebih jauh, maka orang-orang ini yang menamakan diri mereka orang Yah’ray sehingga mereka memasuki daerah
muara sungai, yaitu daerah yang waktu itu milik suatu suku yang kurang bernafsu perang yaitu orang Awyu.
Agama dan Perubahan Sosial
Manusia
merupakan makhluk yang selalu bertumbuh dan berkembang dalam kehidupannya
menuju sebuah proses penyempurnaan diri.
(Sudiarja)
Pada dasarnya setiap orang yang berada
di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan mengalami perubahan-perubahan
entah yang bersifat kecil ataupun bersifat besar dan fundamental. Ketika dilahirkan sebagai manusia, seorang bayi
masih harus banyak belajar dan bertumbah agar dapat menjadi manusia dewasa.
Manusia dalam hidupnya selalu bertumbuh, berkembang dan berubah agar mencapai
aktualitas substansial terhadap semua potensi yang dimilikinya sebagai manusia.
Sehingga dapat dikatakan bertumbuh dan berkembang (yang menghasilkan perubahan
dalam diri manusia) merupakan bagain dari kodrat manusia. Di sisi lain manusia
tidak hanya mengalami perubahan dan pertumbuhan secara internal di dalam
dirinya saja, pertumbuhan secara internal di dalam diri manusia secara langsung
maupun tidak langsung secara konstan mempengaruhi kehidupan bersama dalam
kelompoknya.
Langganan:
Postingan (Atom)