Rabu, 07 Agustus 2013

Agama dan Perubahan Sosial



Manusia merupakan makhluk yang selalu bertumbuh dan berkembang dalam kehidupannya menuju sebuah proses penyempurnaan diri.
(Sudiarja)

Pada dasarnya setiap orang yang berada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan mengalami perubahan-perubahan entah yang bersifat kecil ataupun bersifat besar dan fundamental.  Ketika dilahirkan sebagai manusia, seorang bayi masih harus banyak belajar dan bertumbah agar dapat menjadi manusia dewasa. Manusia dalam hidupnya selalu bertumbuh, berkembang dan berubah agar mencapai aktualitas substansial terhadap semua potensi yang dimilikinya sebagai manusia. Sehingga dapat dikatakan bertumbuh dan berkembang (yang menghasilkan perubahan dalam diri manusia) merupakan bagain dari kodrat manusia. Di sisi lain manusia tidak hanya mengalami perubahan dan pertumbuhan secara internal di dalam dirinya saja, pertumbuhan secara internal di dalam diri manusia secara langsung maupun tidak langsung secara konstan mempengaruhi kehidupan bersama dalam kelompoknya.


Jika demikan maka dapat dikatakan bahwa perubahan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kodrat setiap orang sebagai manusia. Perubahan memang telah menjadi begitu akrab dengan berbagai dimensi kehidupan manusia, walaupun harus di akui bahwa diantara sejuta perubahan yang terjadi masih ada beberapa hal yang tetap dan tidak tersentuh oleh perubahan, namun itu hanya sebagian kecil dari sebagian besar realitas perubahan yang terjadi dilam kehidupan manusia. Jika kita berjalan-jalan ke ranah kehidupan sosial, maka kita akan menemukan perubahan sosial sebagai salah satu topik yang laris manis bukan hanya dibicarakan mulut namun juga laris manis diaktualisasikan.
Perubahan sosial memang telah menjadi suatu fenomena yang aktual dan memiliki dampak yang sangat dan mempengaruhi kehidupan manusia. Perubahan sosial sendiri memiliki kaitan yang erat dengan perubahan struktur-struktur, nilai-nilai dan pola-pola kehidupan sosial yang hidup di dalam masyarakat karena disebabkan oleh berbagai komplikasi persoalan-persoalan yang kompleks dan terjadi di luar kapasitas serta daya kontrol manusia. Perubahan sosial di sisi lain juga telah mempengaruhi bahkan merubah beberapa tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Pada bagian selanjutnya kita akan melihat kaitan dan hubungan antara beberapa pemikiran para sosiolog tentang perubahan sosial dan realitas perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat, serta dampak dan pengaruhnya terhadap kelangsungan gereja Katholik Roma sebagai institusi agama yang juga memiliki dimensi sosial.
Landasan Teori[1]
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.[2]  Sebagai suatu fenomena sosial yang sedang terjadi dan berlangsung di dalam masyarakat, perubahan sosial merupakan realitas yang sulit dihindari apalagi ditolak atau dikontrol, kerena perubahan tersebut disebabkan oleh berbagai kekuatan yang dihasilkan dari berbagai persoalan yang kompleks sehingga sulit atau bahkan tidak dapat dikontrol apalagi dihentikan.  
Perubahan sosial yang terjadi di jaman modern ini biasanya mempengaruhi beberapa segi dalam kehidupan masyarakat yang tampak begitu mencolok. Perubahan itu antara lain:
·         Perubahan dalam lingkungan masyarakat tradisional yang menyebabkan semakin terpecahnya cara hidup komunal yang berakibat pada setiap orang harus menghadapi tantangan dalam kehidupannya sendiri.
·         Cara kerja kolektif mulai memudar dan digantikan dengan cara kerja yang semakin di-individual-isasikan.
·         Perubahan nilai-nilai tradisional dalam kehidupan modern
Penyebab utama dari perubahan sosial sendiri sangat sulit untuk ditentukan, karena seperti telah disinggung di atas bahwa perubahan sosial tidaklah didalangi oleh satu faktor tunggal saja melainkan oleh berbagai faktor yang terbentuk melalui berbagai realitas yang kompleks. Namun ada pula penjadapat lain yang mengatakan bahwa pada umumnya perubahan sosial disebabkan oleh merosotnya akhlak manusia modern. Namun jika di teliti lebih lanjut maka sebenarnya pendapat bahwa perubahan sosial disebabkan oleh merosotnya akhlak manusia tidaklah benar kerena, yang pertama perubahan sosial yang terjadi kini banyak pula membawa nilai-nilai positif di dalam kehidupan masyarakat. Kedua, jika dicermati lebih dalam maka akan ditemukan bahwa kemerosotan akhlak manusia bukan merupakan penyebab perubahan sosial melainkan akibat dari perubahan tersebut.
Jika demikian, maka pastilah bahwa menolak perubahan yang ada dengan tetap berpegang pada nilai-nilai tradisional yang ada bukanlah sebuah langkah yang bijaksana. Langkah yang tepat dalam menyikapi perubahan sosial yang terjadi kini adalah membuka diri dan menerima perubahan sosial yang ada sambil memberikan tempat yang baru dan sesuai kepada nilai-nilai fundamental tradisional yang ada. Dengan demikian kita tidak menjadi suatu pribadi atau kelompok yang eksklusif dari yang lainnya dan di sisi lain kita memberikan ruang kepada nilai-nilai fundamental tradisional untuk membuktikan kesejatiannya.
Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Gereja Katolik dan Analisa Sosiologisnya

Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di kota Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi yang merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun temurun yang tidak terputuskan. Gereja katolik juga merujuk pada persekutuan umat dan institusi yang beriman kepada Tritunggal Maha Kudus dan berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma sebagai kepala gereja. Dalam tulisan ini penulis tidak hendak membahas secara mendetail tentang gereja Katolik, melainkan hanya membahas segi atau aspek tertentu saja dari gereja Katolik yang berhubungan dengan perubahan sosial.
            Jika kita bercermin pada sejarah maka kita akan menemukan bahwa terkadang gereja turut berperan aktif dan menjadi promotor dari hampir sebagian besar perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Bahkan pada abad-abad pertengahan, gereja mendominasi hampir seluruh dimensi  kehidupan masyarakat barat. Sebagian besar dari 2000 tahun sejarahnya, Gereja telah menjadi sumber utama dari perkembangan pendidikan, ilmu pengetahuan dan ekonomi, dan menjadi penyumbang berbagai pelayanan sosial di banyak negara di seluruh dunia.
Kendati telah menjadi sumber perkembangan selama berabad-abad, namun hal itu tidaklah menjadi jaminan bahwa gereja tetap akan terlindungi dari sentuhan perubahan sosial yang terjadi dewasa ini. Di luar gereja dan perkembangan yang diprakasainya tampak timbul benih-benih perubahan yang baru dan subur. Banyak pihak yang tidak senang dengan sisi lain gereja yang begitu monopoli. Perkembangan dan perubahan sosial yang terjadi di luar gereja begitu pesat. Dengan menunggangi modernisasi yang bermuatkan berbagai penemuan penting di dalam beberapa bidang kehidupan, keadaan sosial mengalami perubahan yang begitu cepat.
Pola pemikiran liberal yang bersandar pada rasionalitas, positivitas, dan individualitas dikumandangkan mengantikan nilai-nilai komunal tradisional. Dalam beberapa aspek tertentu gereja tampak seolah-olah tidak mengalami perubahan dan tertinggal dengan keadaan sosial masyarakat yang telah banyak berubah. Para uskup sedunia menghadapi tantangan yang sangat besar dari perubahan politik, sosial, ekonomi, dan teknik. Beberapa uskup mengusulkan perubahan dalam struktur dan praktek gerejawi untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Di antara pengusul ini yang paling terorganisasi adalah kelompok uskup Belanda dan Jerman yang dikenal sebagai para Uskup Rhine
Menghadapi keadaan sosial yang demikian, gereja mulai mengambil dan menentukan sikapnya terhadap perubahan tersebut. Paus Yohanes XXIII-lah yang pertama kali mengambil ancang-ancang dan mentukan sikap gereja terhadap perubahan sosial yang terjadi di dalam dunia tempat gereja berziarah. secara tidak terduga paus memutuskan untuk mengadakan Konsili hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan setelah pengangkatannya. Paus Yohanes XXIII mencanangkan "aggiornamento" atau pembaruan Gereja. Gereja menyesuaikan diri dalam zaman baru, agar dapat memberi sumbangan yang efektif bagi pemecahan masalah-masalah modern. Paus dilaporkan membuka sebuah jendela dan berkata, "Saya ingin membuka jendela dari Gereja sehingga kita bisa melihat keluar dan mereka yang ada di luar bisa melihat ke dalam."[3]  Namun kemudian Paus Yohanes XXIII wafat pada saat konsili yang digegasnya sedang berlangsung. Kendati demikian ia telah meletakan dasar-dasar pembaharuan dalam gereja dan pembaharuan tersebut mencapai aktualisasi dalam konsili yang digegasnya.
Melalui Konsili Vatikan II gereja mengubah pandangannya tentang dunia yang kemudian menjadi fondasi yang kokoh bagi gereja untuk memperbaharui dirinya dan semakin masuk dalam kehidupan dunia. Dunia tidak lagi dipandang dari sudut pandang yang profan dan sakral saja namun dunia dipandang sebagai ladang tempat benih-benih sabda itu harus ditabur dan dituai. Gereja membuka dirinya terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya keselamatan kekal dalam Kristus melalui karya-karya Roh Kudus yang melampaui batas-batas penyebaran Injil (extra Deum nula salus)[4] . Gereja terbuka terhadap berbagai kebanaran dan issue-issue global yang dikumandangkan seperti demokrasi, transparasi, emansipasi wanita dll.
Kendati gereja telah menyediakan ruang yang cukup luas bagi pembaharuan yang bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi sosial yang sedang terjadi agar pelayanan gereja semakin mengena, namun perlu diperhatikan bahwa gereja tetap merupakan institusi religius yang sebagian besar orientasinya adalah bukan hanya keselamatan di kini dan disini saja melainkan juga keselamatan di akhirat. Sehingga tanggapan yang diberikan gereja terhadap perubahan sosial yang terjadi terkadang berbeda dengan tanggapan yang diberikan oleh organisasi-organisasi sosial lainnya.
Jika dicermati maka dalam kasus ini nampak pula bahwa beberapa aspek yang seringkali begitu menonjol dalam setiap perubahan sosial yang terjadi, kembali nampak. Akibat pembaharuan yang terjadi, kini nampak bahwa unsur-unsur yang bersifat umum dalam gereja mulai memudar dan digantikan oleh nilai-nilai atau unsur-unsur yang khas dari setiap kelompok masyarakat homogen yang merupakan anggota gereja. Hal ini nampak dalam semakin populernya lagu-lagu khas kelompok umat tertentu yang menggeser eksistensi lagu-lagu berbahasa latin yang  dulu dipakai umum oleh hampir seluruh gereja. Ataupun semakin gencarnya gerakan inkulturasi dalam gereja yang menyebabkan gereja dalam artian tertentu tidak lagi menjadi satu melainkan menjadi begitu heterogen dengan berbagai unsur budaya yang ada di dalamnya. Dalam konteks ini pembaharuan tidaklah selalu harus dipandang negatif kerena pembaharuan yang dilakukan didasarkan pada usaha untuk membudayakan atau membumikan gereja dalam suatu konteks budaya tertentu, namun tentunya tanpa harus kehilangan nilai-nilai fundamentalnya.
Unsur-unsur perubahan lain yang nampak yakni semakin retak lingkungan hidup tradisonal dan menguatnya individualisasi. Hal ini nampak ketika kita tidak lagi melihat peranan gereja yang sentral dalam kehidupan modern. Dahulu gereja menjadi begitu sentral dalam kehidupan masyarakat. Kompleks-kompleks misi sebagai pusat pendidikan, pelayanan kesehatan, kegiatan religius dll. Pastoran bagaikan perpustakaan dan pastor bagaikan tabib, guru besar dan lain sebagainya. Semuanya itu semakin memudar seiring semakin menguatnya sistem pembagian kerja yang menekankan kemampuan individual.
Hal yang paling nampak dalam perubahan sosial adalah semakin menurunnya nilai-nilai moral dan keagamaan. Walaupun gereja telah banyak berjuang untuk memperbaharui dirinya namun kemerosotan moral dan kehidupan beragama tidak dapat dihindari. Banyak gereja-gereja dan biara-biara di Eropa yang dari hari ke hari semakin berkurang pengunjung maupun penghuninya, padahal jumlah penduduk di bumi tidak pernah berkurang malah menunjukan perkembangan yang signifikan.
Satu hal positif yang diambil gereja dalam menyikapi perubahan sosial yang terjadi adalah sikap keterbukaan yang ditampilkanya dalam beberapa aspek kehidupan. Sikap keterbukaan yang dimainkan gereja ini telah banyak memudahkan gereja dalam usaha mempertahankan eksistensinya sebagai institusi keagamaan di tengah-tengah badai perubahan yang melanda dunia. Dalam kasus ini tampak bahwa gereja bersifat positif terhadap perubahan.
Namun dalam beberapa aspek nampak pula bahwa gereja bersifat tertutup dan bahkan cenderung menentang perubahan. Hal ini nampak dalam sikap gereja yang bersikeras mempertahankan hal-hal fundamental yang berhubungan dengan dogma, iman dan keselamatan serta menolak issue-issue publik yang bertentangan dengan ajaran-ajaran dasar gereja seperti homoseksual, aborsi, kekerasan, dll. Sikap gereja yang demikian ini seringkali mengundang dan mendatangkan kritik tajam dan pedas terhadap gereja kerena gereja dianggap terlalu lamban dalam bertindak atau terlalu konservatif. Namun begitulah gereja yang berusaha untuk tetap eksis di tengah-tengah arus perubahan yang begitu kuat. Setiap tindakan yang hendak diambil haruslah diperhitungkan secara matang agar tidak mendatangkan suatu resiko besar yang dapat mengancam eksistensi dan nilai-nilai gereja yang fundamental.[5

Penutup

Nampak bahwa arus perubahan yang ditiupkan di dalam dunia modern ini telah menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Angin perubahan yang dihembuskan seiring dengan semakin berkembang dan meluasnya jaringan informasi dan telekomunikasi ini juga telah merombak beberapa tatanan dasar dalam masyarakat yang menyebabkan terguncangnya nilai-nilai moral, nilai-nilai tradisional positif maupun nilai-nilai religiusitas yang berakibat pada semakin tenggelamnya manusia modern dalam kemerosotan akhlak.
Ditengah-tengah arus perubahan itu gereja mencoba berdiri tegak dan berusaha mempertahankan eksistensinya dengan cara menerima perubahan yang ada sebagai bagian dari realitas dunia dan juga bagian dari dirinya sendiri sambil berusaha untuk terus-menerus memperbaharui dirinya serta mempertahankan keotentikan ajarannya. Suatu realitas yang menarik untuk dicermati bahwa gereja dari waktu ke waktu selalu dihadapkan pada tantangan zaman yang terus-menerus berkembang seiring dengan pola pikir manusia dan perubahan yang dialami oleh manusia. Semua cobaan itu kiranya membuat gereja semakin teguh dan mengakar kuat dalam dunia dan masyarakat.
Sisi-sisi gelap yang ditampilkan gereja dalam menghadapi perubahan sosial yang ada memberikan warna tersendiri bagi gereja dan juga menjadi identitas yang melambangkan gereja sebagai persekutuan gandum dan ilalang yang sedang bersiarah di dalam dunia yang sedang dilanda banjir perubahan yang ditunggangi oleh modernisasi.
        Dalam beberapa hal gereja telah berusah menjadi contah dan teladan yang baik dalam menyikapi perubahan sosial yang terjadi dengan membuka diri terhadap perubahan sambil terus menerus memperbaharui diri seturut perkembangan yang terjadi agar tetap eksis di tengah dunia. Selain itu gereja tidak hanya menerima semua unsur dari perubahan itu begitu saja tetapi menerima sambil menyeleksi unsur-unsur tersebut agar gereja tidak kehilangan identitasnya atau terhanyut begitu saja dalam arus perubahan yang terjadi. Namun disisi lain harus juga diakui bahwa dalam beberapa hal, sikap yang diambil gereja belumlah tepat.


       [1] Bernardus Renwarin, “Agama dan Perubahan Sosial” (Diktat, Fakultas Teologi Fajar Timur, Jayapura, 2011), hal. 51-56.
       [2] Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 10-36.
        [3]  Konsili%20Vatikan%20II%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm (diambil tanggal 13 Oktober 2011)
        [4]  Gereja merubah konsepnya tentang keselamatan dari ekstra ekclesia nula salus (di luar gereja tidak ada keselamatan) dengan ekstra Deum nula salus (di luar Allah tidak ada keselamatan). Perubahan pola pandang seperti ini sangat mempengaruhi cara gereja berhubungan dengan penganut agama lain.
       [5]  Gereja%20Katolik%20Roma%20dan%20peradaban%20manusia%20%20Wikipedia%20bahasa%20 Indonesia,%20 ensiklopedia%20bebas.htm (diambil tanggal 13 Oktober 2011)

0 komentar:

Posting Komentar